PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Maluku Utara

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Maluku Utara

Identifikasi Awal Usaha Pengolahan Sagu Lempeng di Kelurahan Jaya Tidore Kepulauan




Menjelang siang, BSIP Maluku Utara menyusuri jalan menuju Kelurahan Jaya, Kota Tidore Kepulauan. Sepanjang jalan di kanan kiri terhampar perkebunan warga yang ditanami berbagai tanaman mulai dari pala, pisang, singkong, dan tentu saja cengkih. Saat ini di Keluarahan Jaya sedang berlangsung panen raya cengkih. Tak heran di tepi jalan terparkir motor-motor para pemetik cengkih.
 
Memasuki pemukiman, sepanjang jalan ditepi-tepinya terhampar terpal sebagai alas penjemuran cengkih. Hampir di setiap rumah terdapat jemuran cengkih. Didekat jemuran cengkih sudah ada ibu-ibu yang bersiaga jika hujan melanda. Maklum saat itu langit sudah mulai mendung.
 
Kali ini BSIP Maluku Utara tidak sedang mengulik lebih dalam tentang cengkih, tetapi tentang produk unggulan di Kelurahan Jaya yakni sagu kasbi. Olahan sagu kasbi berupa sagu lempeng merupakan olahan pangan lokal yang praktis dibandingkan pangan utama lainnya. Penyajiannya cukup dengan dicelupkan ke dalam kopi atau teh lalu dimakan. 
 
Tahun ini BSIP Maluku Utara mendorong adanya rancangan dokumen SNI olahan sagu untuk disusun sebagai acuan dalam memproduksi sagu kasbi. Untuk itu sejak bulan Juli yang lalu BSIP Maluku Utara telah menggali berbagai masukan dari pelaku usaha olahan sagu kasbi. Dalam setiap kesempatan turut diidentifikasi 18 parameter cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB). CPPOB ini merupakan acuan awal bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produksi olahan sagu kasbi.
 
Sagu kasbi (sagu lempeng) memiliki nilai strategis untuk pengembangan pangan lokal bahkan regional. Sebab produk tersebut merupakan olahan yang rendah gula, sehingga sangat cocok untuk penderita diabetes. Di Kelurahan Jaya sendiri sagu lempeng saat ini memiliki dua jenis, yaitu sagu original serta sagu aneka rasa. Untuk sagu aneka rasa terdiri dari berbagai varian yaitu: coklat, stroberi, jeruk, mangga, kelapa, dan ikan. 
 
Pada awal identifikasi di Kelurahan Jaya setidaknya terdapat empat kelompok pelaku usaha sagu lempeng, yaitu. Tagafura, Lingalamo, Soakonora, dan Nyihalaka. Setiap kelompok terdapat 10-12 anggota. Setiap pelaku usaha mampu menghasilkan 300-400 lempeng/produksi. Produksi sagu lempeng biasanya seminggu sekali. Kemudian untuk sagu aneka rasa diproduksi sebulan sekali yang menghasilkan 100-200 bungkus. Tiap bungkus berisi tiga sagu lempeng aneka rasa dengan berat 180 gram.
 
Pelaku usaha berhadap dengan adanya kegiatan ini ke depan mampu menerapkan standar pengolahan yang baik yang tentunya akan berdampak pada meningkatnya nilai produk dan tentu saja meningkatkan pendapatan.
 
-NCN-